Tuesday, December 6, 2011

Perempuan yang dicintai suamiku

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun menjelang

pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik

dan lebih menuruti apa mauku.



Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi

kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi, kemudian

mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit.

Aku pikir dia workaholic.



Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang

kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah

romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2

seperti itu sebagai ungkapan sayang.



Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan

makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja

makanberdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan

obrolan yang

terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.



Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan

anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku

menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.



Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami.

Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek

sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya,

dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena

sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang

perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha,

temannya Mario saat dulu kuliah.



Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah

melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar

indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu

berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh

pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang

lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.



Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu,

Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang

akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang

mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu

dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.



Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada

Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari

bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai

sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan

komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang,

ada pekerjaan yang membingungkan.



Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di

RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal,

karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa

dengan suara riangnya,



" Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ? tidak mau

makan juga? uhh. dasar anak nakal, sini piringnya, " lalu dia terus mengajak

Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi itu sudah

habis ditangannya. Dan..aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang

terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku

yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !



Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya

membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih

sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya.

Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku

buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang

kerumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa

sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.



Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu

manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan

ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali

lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.



Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati

bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak

dihatinya.



Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta , aku tidak pernah menyangka,

hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.



Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya

keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka

password email Papa nya, dan memanggilku, " Mama, mau lihat surat papa buat

tante Meisha ?"



Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,



*Dear Meisha,*



*Kehadiranmu bagai beribu b intan g gemerlap yang mengisi seluruh relung

hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada

Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya,

karena dia ibu dari anak2ku.*



*Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2

mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu,

tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak

menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2

terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak

sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk

mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku

menikahinya. *



*Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti

ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang

tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti

pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh

dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.*



*Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang

lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami.

Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat

Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan

selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi

tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada

tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you

are the only one in my heart.*



*yours,*



*Mario*



Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru

berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan

menyayangiku.



Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia

mencintai perempuan lain.



Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari

untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di lemari

bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.



Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan

tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor

untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak

pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju. Aku

terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu mem intan ya menikahiku karena aku malu

terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata dia

memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.



Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang

perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia

tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan

aku ? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan

melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.



Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah

dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu,

aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan

Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.



**********



Setahun kemudian.



Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman

itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.



" *Mario, suamiku..*



*Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja

dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu

yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak

bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin

memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak

memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan

menuruti keinginanku. Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak

pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau

melakukan apa saja untukku...*



*Ternyata aku keliru.. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan

kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu

yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.*



*Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, " kenapa, Rima ? Kenapa

kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi

istriku ?"*



*Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.*



*Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia

bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah

wanita yang sempurna yang engkau inginkan.*



*Istrimu,*



*Rima"*



*D*i surat yang lain,



*"...Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin

es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat

cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh

cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha.."*



Disurat yang kesekian,



*"...Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.*



*Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan , aku tidak lagi marah2 padamu,

aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar

masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros,

dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku

selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu meneleponmu,

untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika

engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku

menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat

engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah.. .*



*Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap

berusaha dan menantinya.. .."*



Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya.

dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.



Disurat terakhir, pagi ini.



*"......Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun

lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang,

karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin

aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup,

karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.*



*Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran

dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak

sakit.*



*Tahukah engkau suamiku,*



*Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9

tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari

matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?..."*



Jelita menatap Meisha, dan bercerita,



" Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat

keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku.

Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu,

dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu

menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang jalan, Ketika mama

menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan

tinggi.. aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante... aku melihatnya

masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak.."

Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak.

Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit

di hatinya, tapi dia sangat dewasa.



Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario

mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.



*Dear Meisha,*



*Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2

dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh

basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku

baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar..

Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ?*



*Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan

besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil

mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena

dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku..*



Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk

disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam.

Semuanya telah terjadi, Mario.

*Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika

seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.*

0 comments:

Post a Comment